4 research outputs found
Nilai Total Ketidakteraturan Titik Pada Amalgamasi Graf Prisma
It is not possible to determine the total vertex of irregular strength of all graphs. This study aims to ascertain the total vertex irregularity strength in prismatic graph amalgamation for n>=4. Determination of the total vertex irregularity strength in prismatic graph amalgamation is done by ascertaining the largest lower limit and the smallest upper limit. The lower limit is analyzed based on the graph properties and other supporting theorems, while the upper limit is analyzed by labeling the vertices and edges of the prismatic amalgamation graph. Based on the results of this study, the total vertex irregularity strength in prismatic graph amalgamation is obtained, namely (4(P2,n))=2n , for n>=4.Penentuan nilai total ketidakteraturan titik dari semua graf belum dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai total ketidakteraturan titik pada amalgamasi graf prisma untuk n>=4. Penentuan nilai total ketidakteraturan titik pada amalgamasi graf prisma dilakukan dengan menentukan batas bawah terbesar dan batas atas terkecil. Batas bawah dianalisis berdasarkan sifat-sifat graf dan teorema pendukung lainnya, sedangkan batas atas dianalisis dengan pemberian label pada titik dan sisi pada amalgamasi graf prisma. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh nilai total ketidakteraturan titik pada amalgamasi graf prisma, (4(P2,n))=2n, untuk n>=4
KETERSEDIAAN OPERASI JOIN DIPERLUAS KOTERI-k TAK-TERDOMINASI
Penelitian ini bertujuan menganalisis ketersediaan dari koteri- mayoritas tak-terdominasi yang menggunakan operasi join diperluas yaitu penggabungkan koteri- , dan masing-masing atas semesta dan dengan unsur tereliminasi , dimana yang menghasilakan koteri- tak-terdominasi atas semesta . Metode penggabungan koteri- mayoritas tak-terdominasi yang menggunakan operasi join diperluas menghasilkan koteri atas . Hasil ketersediaan dari operasi join kemudian dibandingkan dengan ketersedian dengan menggunakan operasi join. Dari penelitian ini, menunjukkan bahwa ketersedian operasi join memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan ketersedian dari operasi join
OPERASI JOIN KOTERI-k DIPERLUAS
Sebagaiman diketahui bahwa koteri-k merupakan perluasan dari definisi koteri yang dapat diterapkan masalah mutex-k. Pada mutex-k terdapat sebanyak k proses yang dapat mengakses sumber daya. Selain itu, kita juga mengenal koteri-k khusus yang disebut dengan koteri-k mayoritas dimana untuk setiap korumnya memiliki ukuran yang sama yang ditentukan dengan . Terdapat beberapa cara dalam penggabungan koter-ki salah satu diantaranya dan sudah tidak asing lagi yaitu operasi join yang merupakan suatu operasi yang digunakan dalam menggabungkan koteri-k mayoritas yang diperkenalkan oleh Neilsen dan Mizuno. Pada operasi join, terdapat salah satu sifat yang menyatakan bahwa jika dan tak-terdominasi maka tak-terdominasi. Ternyata sifat tersebut tidak selamanya berlaku sehingga mengakibatkan koteri-k yang dihasilkan dari operasi join menjadi terdominasi.Tujuan dari penelitian ini yaitu memperkenalkan suatu cara baru dalam menggabungkan koteri-k mayoritas tak-terdominasi yang disebut dengan operasi join diperluas. Dimana operasi join diperluas ini adalah suatu operasi yang dikembangkan dari operasi join yang dibangun dengan cara menggabungkan dua koteri-k mayoritas dan yang memiliki ukuran korum yang sama masing-masing atas semesta tak-kosong dan dengan unsur tereliminasi , dimana untuk membentuk atas semesta tak-kosong . Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa untuk penggabungan dua koteri-k mayoritas tak-terdominasi dengan mengguankan operasi join diperluas akan selalu menghasilkan koteri-k tak-terdominasi dengan nilai k sebelum dan setelah dilakukan operasi penggabungan tidak mengalami perubahan
Exploring Factors Determining the Business Performance of Micro and Small Entreprises: Reality in Indonesian Muslim Entrepreneurs
Research aim: This paper aims to identify important influences on the company performance of Muslim business owners in Southeast Sulawesi, Indonesia, using a balanced scorecard development approach incorporating Islamic values and business practices.Design/Methodology/Approach: The research design used a quantitative approach called Exploratory Factor analysis through SPSS. The sampling technique was purposive sampling with 120 samples (Muslim entrepreneurs), with data collected through a survey questionnaire.Research findings: Three significant factors determining the business performance of Muslim entrepreneurs: strategy and internal business processes, business orientation, external stimuli, and Islamic business practices. Approaches to Islamic business practice are critical for improving Muslim entrepreneurs’ company performance.Theoretical contribution/ Originality: This finding is one of the new models of the balanced scorecard theory to measure and improve the performance of Indonesian Muslim entrepreneurs.Practitioner/Policy implication: Integration of business orientation with general approaches and sharia business practices such as halal product orientation and hard work can improve the business performance of Indonesian Muslim entrepreneurs.Research limitation/Implication: This study only investigated the performance of Muslim entrepreneurs in 7 districts/cities in Southeast Sulawesi with a sample of 120 Muslim MSMEs